Seakan Tiada


Seakan percaya..tapi sehening mana subuh lagi hening situasi masa tu.
Aku ada di situ..Mahu tak aku ada di situ sebab hari-hari ku perlukan aku berada di situ..
Tapi ini lain..bukan dibezakan macam India dengan Pakistan,macam kopi campuran dengan kopi segera,macam kentang sama ubi kayu,macam selipar sama itu terompah..
Hening sangat..seakan bunyi desir ular orok-orok yang berada pada jarak 30 meter masih boleh kedengaran..seperti sisir daun kering menguning dan rapuh melayang jatuh dipuput angin dan lantas menyapu lantai bumi..hmm..masa tue rase desir debu halus jugak kedengaran seakan menyahut bisikan-bisikan sapa menyapa...

Kabus masih malu menipiskan dirinya,seakan malu berada dalam dakapan fajar yang menyinsing dengan sayapnya...jauh di sana ia lebih awal menerangi kulit-kulit bumi,menyapa mereka dengan lembut,mengucapkan salam dan berterima kasih dengan huluran embun untuk membasahi sedikit tekaknya...ia masih punya tugas untuk membuka jendela-jendela bumi sebelum kirmizi merentangi jalurnya...

air wudhuk sudah kering di celah-celah kaki,turun mengalir dari atas...

Ah...mimpi ku di sini mana sama dengan mimpi ku di kelahiran ku...Mana mungkin kau boleh dengari kokokan ayam jantan semalaman memanaskan ibu anak-anak ayam..(lebih halus kata-kataku...)Di sini mimpi mu dikejutkan dengan geseran tayar-tayar yang terbeban,bunyi injin yang berat..bunyi hati yang tak larat...bunyi hati yang sudah berkarat...Ubun-ubun mu tidak basah dengan siraman air tanah...Jiwa mu semakin berat.

Dinding mata mu pijar...seharusnya dibasahi dengan air yang paling awal keluar dari perut bumi..tapi iya lah,sudah kering.Hanya mampu digosokan dengan jari-jari mu yang lengking..Keributan semalam kau(aku)tidak mahu ambil kesempatan untuk menadah sedikit air-air tempiasan yang disingkir dari tunjangnya...Kau takut kalau air yang sedikit itu tidak cukup untuk kebajikan semua orang..Tapi ada lebih bagus dari tiada..Perlu diingat yang satu ini...sedikit lebih baik dari tiada langsung.

Sunyi tapi hangat..seakan berada dalam mangkuk kedap udara.Gila,mana boleh orang berada di dalam mangkuk.Ya,sapa yang gila..setiap hari kita memang memasuki mangkuk-mangkuk yang disediakan untuk kita.Di situ rezeki kita..Di mangkuk itu peluh kita tidak dikira berapa banyak yang mengalir kerna peluh itu mengalir sebab ruang yang hangat dan bukan kerna kudrat yang memintanya keluar mengalir.Boleh senyum lagi bukan..?Ah,kita bukan peminta sedekah yang ada mangkuk di tangannya..Kita ini lebih terhormat...kita minta sedekah dengan saku..ops,mungkin ada yang songkok masih di kepala sudah di tadah.

Lebih keras mentari dari fajar..cuba rasakan..
Lupa,mana bisa merasa bedanya mentari dengan fajar kalau kulit belum dibasahi dengan embun..kalau tubuh belum diselimuti kabus..kalau wudhuk belum menyentuhi jiwa...Sama saja atau tidak kenal fajar itu siapa,kerna ketika mata masih terasa pijar dan kering,tamparan mentari kelambatan singgah di muka.Mana kenal dia..Kerna itu hati dia sentiasa keras dan kebas..Bukan desir angin dari utara yang mengayun romanya,tapi desir angin yang terenjat..yang diarah oleh mesin.

Sebelum air tanah mengesat tekaknya..dupa asap yang merayapi lebih dulu seumpama dukun memperasapi terowong-terowong..menghalau para nyamuk-nyamuk mencuri darah orang lain..Kembang parunya...Mana tidak lagi kering hatinya..

Pertengahan hari adalah permulaan hari bagi nya...Seawal-awal dia tak kan kenal saudara-saudaranya yang menyapa,mengucapkan selamat pagi...
Lupa lagi,ucapan selamat pagi itu gebar telinganya sudah lusuh mendengarnya..bukan sebab berkali,tapi sudah tidak pernah..Masa apa lagi,mungkin cuma hiasan ketika memeriahkan penduduk dunia dengan kejaran-kejaran yang dikejar,yang memaut pada bahu-bahu yang rapuh..Dia sudah tidak pandai mengira detik,cuma mampu melihatnya..

Ke mana perginya selepas itu...nah di sini dia lagi cipta suasana lebih hening dari bening.Seakan tidak percaya..?

Dia akan duduk bersidang dengan komputer ribanya dari mula dia menyapu tempat duduknya sampai tempat duduknya harus dilap...

Mereka gagal mengesannya...

1 comment:

Insan Biasa said...

sya suka membacanya ....